TIM FASKEL 188


LKM JUGA MANUSIA


                 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) memang program yang hebat, bahkan luar biasa. Betapa tidak, PNPM membuat orang peduli—malah sangat peduli, terhadap masyarakat miskin. Ketergantungan akan kepedulian membuat kita terasa terikat begitu kerasnya, seakan tidak bisa melepas. Bahkan, keinginan untuk melepas ikatan tidak pernah muncul. Hebat! PNPM memang hebat dan luar biasa!
Mungkin dengan kepedulian mendalam pada diri Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) membuat Faskel dengan mudahnya memberi instruksi, perintah; kerjakan ini, kerjakan itu, tanggal sekian harus selesai, kemudian ini, kemudian itu, begitu juga seterusnya tanpa ada kesempatan untuk istirahat bagi LKM. Atau mungkin dengan segala terpenuhinya fasilitas yang dimiliki LKM, Faskel dapat dengan mudahnya berpikir bahwa semua itu bisa dikerjakan dengan baik dan mudah oleh LKM.
Sayang, sungguh disayang. Faskel bukan LKM dan LKM bukan Faskel. Seandainya Faskel menjadi LKM, mungkin Faskel akan lebih merasa dan terasa bagaimana beban moral yang ditanggung LKM. Bagaimana rasanya, dengan segala keterbatasan, harus mengerjakan dengan tepat dan benar. Bagaimana rasanya persoalan semakin bertambah, padahal semangat jiwa kerelawanan mulai berkurang. Namun, Faskel tetaplah Faskel dan LKM tetaplah LKM, tak mungkin bisa diubah.
Atau, mungkin juga, semua kondisi di atas sengaja diciptakan agar masyarakat berdaya, ha ha ha, tertawa yang tidak lucu. Memang semua itu tidak ada yang lucu dan tak perlu ditertawakan. Anak saya tidak ada yang jaga ketika sakit, karyawan saya tidak masuk kerja, tapi saya harus ke pimpinan, mengerjakan ini-itu. Saya harus koordinasi, mulai pagi-pagi, karena siang dan malam tidak bisa. Di posko tidak ada teman, saya tidak bisa lama-lama di sini, saya harus ke pulang. Semua itu memang pembenaran dan perlu dibenarkan. Ingin rasanya melepas kejenuhan, tapi tanggung jawab belum selesai, relawan tetaplan relawan, keihklasan yang akan mebuahkan hasil yang tidak disangka-sangka datangnya, walhasil kata pak ustad min khaisu layah tasib.